Writing is Selling

 Oleh: Sriyanto

Writing is Selling. Buku yang menarik untuk dibaca. Menjadi asupan gizi dan nutrisi. Bisa membakar bara api seorang penulis. Buku itu karya Much. Khoiri. Saya dapat hadiah dari beliau saat pelatihan kemarin. Semoga jadi amal jariyah, berkat karyanya menjadikan orang giat untuk menulis.

Setelah dapat buku itu, saya ingin melahapnya. Intisari dari buku Writing is Selling adalah sejatinya penulis menjual. Menjual apa? Tentu menjual ide gagasan. Jika ide gagasan menarik akan dibaca orang. Jika tidak menarik, terjadi sebaliknya. Tentu orientasi menjual tidak semata materi, tetapi tulisan itu bermanfaat. Rasanya Pak Emcho sapaan penulis, ingin membekali berbagai point penting agar tulisan ‘terjual’. Mulai dari menata Mindset. Menjaga Spirit. Menjaring Inspirasi. Sampai menuju writerpreneur.

*

Habis baca buku ini, pikiran saya langsung menuju pilpres 2024. Begitu indahnya jika para Calon Presiden (Capres) menuangkan ide gagasan dalam bentuk tulisan. Gagasan yang menjual dan memikat rakyat. Beberapa minggu lalu, para capres 2024 adu gagasan acara yang dipandu Najwa Shihab di Universitas Gajah Mada. Semua ide Capres dikuliti. Bidang hukum, politik, ekonomi dan sosial budaya. Namun acara itu singkat, sehingga audien tidak bisa mengetahui secara utuh. Jika itu dibungukus dalam tulisan, tentu sangat menarik. Semua orang akan tahu ide atau gagasan secara utuh. Semua orang atau komunitas bisa mengundang dan menguji apa yang ditulis. Ini baru demokrasi sejati. Adu ide, bukan banyak-banyak upeti. Apalagi nurut kehendak oligarki. 

Rasanya 2024 momentum tepat, adu gagasan. Capres menjual idenya. Diuji programnya secara masif. Misalnya tentang korupsi. Dari uji publik itu akan terukur Nyali. Berani membongkar koruptor. Tanpa kompromi, pada pungli. Akan terlihat Program berpihak pada rakyat atau penjahat. Rakyat akan melihat secara gamblang gagasannya. Dan rakyat bisa menagih janji jika program itu tidak dilaksanakan.

Saya sangat mendukung dengan keputusan Makhamah Konstitusi (MK). Membolehkan Capres masuk dunia kampus. Karena kampus adalah laboratotium demokrasi. Berkumpulnya kaum intelektual. Para dosen dan mahasiswa bisa menguji dan mengkritisi narasi ide para capres. Saya kira ini bisa dilakukan oleh pihak swasta. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi lain. Semakin banyak yang menguji, semakin teruji capresnya. Tidak harus menunggu komisi pemilihan umum (KPU), hanya menyediakan beberapa hari saja. Tentu tidak puas karena waktu terbatas.

Semoga tulisan ini menjadi gagasan yang menjual. Menjual ide, agar para capres menjual ide gagasan dalam bentuk tulisan (buku) ditangkap berbagai pihak. Agar hidup di era demokrasi, melahirkan pemimpin sejati. Wallahulam bishowab…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keputusan Berdampak

Jalan Dakwah Jalur Lomba

Bing Creator Image