Berkah Tinja

Oleh: Sriyanto

Beberapa hari lalu pengamen di SPBU menyanyikan lagu Ayah. Salah satu lagu 90-an yang masih sangat popular ditelinga kita hingga saat ini adalah karya Rinto Harahap. Berikut liriknya:

Dimana
Akan ku cari
Aku menangis
Seorang diri

Hatiku
Slalu ingin bertemu
Untukmu
Aku bernyanyi
Untuk
Ayah tercinta
Aku
Ingin bernyanyi
Walau
Air mata
Di pipiku

Ayah
Dengarkanlah
Aku
Ingin berjumpa
Walau
Hanya dalam 
Mimpi 2x

Mendengar lagu ini, menyentuh hati saya dan mengingatkan bapak di desa. Sudah dua bulan belum pulang. Alhamdulillah, hari ini bisa sambang ke bapak. Lihat badannya sehat dan kekar senang melihatnya.

Beliau cerita saat ini musim kemarau panjang. Sebagian besar orang tani di desa jadi 'penggangguran'. Apalagi sekarang musim 'paceklik' alias gagal panen.

Sayapun langsung bertanya, apa sebabnya gagal panen? Menurut Bapak yang bertahun-tahun jadi petani. Rata-rata sawah kurang pupuk. Sehingga tanah kurang subur, padi tidak keluar. Hasilnya merosot tajam. Biasanya sawah 1 hektar itu bisa 10-12 ton, tapi kemarin panen hanya 2-3 ton.

Sebenarnya para petani itu sanggup beli pupuk meski mahal. Tapi barangnya langkah. Tiap desa hanya di jatah sedikit.  Sehingga para petani kesulitan cari pupuk Urea atau Tripel. Dan pasrah terhadap keadaan. Seyogyanya pihak Desa dan dinas pertanian Lamongan melakukan riset atas kejadian ini yang merugikan masyarakat banyak. 

Untungnya masyarakat desa itu, 'nriman IIng pandum' (menerima atas yang diberikan). Sedikit banyak itu rezeki dari Allah SWT. Di saat musim kemarau seperti ini dianggap waktunya istirahat dari kerja. Setelah 9 bulan penuh bergulat dengan tanah di sawah.

Bapak sangat bersyukur sawah yang digarap hasilnya masih standar. Apa rahasia bisa beda? Celetuk saya. Mengatasi kelangkaan pupuk, Bapak teringat zaman dulu. Belum ada WC buat jamban (tempat orang BAB). Ketika sudah penuh, maka buat lagi yang baru. Bekasnya jadi kompos, ditaburkan di sawah. Tanaman jadi subur.," jawabnya.

Berkat pengalaman itu, akhirnya bapak coba cari pupuk tinja di kaliotik Lamongan. Ketemu pengolahan kotoran tinja manusia. Satu karung 25 ribu. Beli beberapa karung ditaburkan di sawah gantinya pupuk urea. Kodarullah hasil panen tak jauh beda dengan tahun kemarin 1 hektar bisa 10 ton. 

Mengapa tidak kompos hewan yang ada dipasaran? Makanan hewan sekarang tidak rumput dan kebanyakan comberan air. Beda dengan kotoran manusia banyak nutrisi. Lihat saja apa yang di makan manusia saat ini. Sehingga komposnya juga subur buat tanah.

Timbul penasaran apakah betul pupuk tinja manusiabisa suburkan tanah dan tidak berbahaya? Saya berselancar google, ternyata di Surabaya tepatnya keputih ada pengelolaan pupuk tinja. Setiap rumah sedot WC, tempat pembuangan di keputih Sukolilo. Dan itu di manfaatkan jadi pupuk untuk tanaman di Surabaya.

Dan lebih menarik lagi, ternyata ada mahasiswa asal Indonesia melakukan penelitian di Jerman pupuk tinja yang di campur bahan tertentu membuat kesuburan tanaman.

Edisi sambang hari ini, ngaji ilmu pertanian sama bapak. Semoga bermanfaat bisa diadaptasi dan di coba sebagai pengganti kelangkaan pupuk. Ternyata tinja membawa berkah. Waallaulam bishowab..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keputusan Berdampak

Jalan Dakwah Jalur Lomba

Bing Creator Image