Antara Ambisi dan Hati Nurani

Antara Ambisi dan Hati Nurani

Oleh: Sriyanto

Romi dan Rafi sahabat karib sejak sekolah dasar (SD). Masuk jenjang berikutnya juga pada sekolah yang sama. Mereka berdua saling motivasi dalam belajar. Ketika satu diantara mereka mulai malas, satunya memompa semangat. Saling bahu membahu menjadi terbaik.


Dalam keseharian di sekolah nampak antusias mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat saat kegiatan karya ilmiah. Mereka berdua saling kolaborasi untuk melakukan penelitian. Hari libur pun dibuat untuk menuntaskan karyanya. Mencari berbagai referensi dan melakukan uji laboratorium tiada henti. Keinginan mempersembahkan yang terbaik buat sekolah. 


Saat ujian presentasi tampil luar biasa. Hasil kerja kerasnya dibayar lunas ketika dinobatkan juara 1 dan mendapatkan penghargaan dari sekolah. Tentu orang tua dan guru pembimbingnya senang dan bahagia.


Rasanya Romi dan Rafi ingin karya diikutkan lomba tingkat nasional atau internasional. Ketika ada informasi lomba event internasional, tak panjang lebar langsung mengikuti  kompetisi itu. Dan kedua orang tua sepakat dan merestui. Karena lomba tingkat Internasional pesaing beberapa negara, maka persiapan lomba pun tak sekedar ada. Tapi perlu diperkuat dengan data dan harus tampil luar biasa.


Dalam rangka persiapan itu, Romi konsultasi dengan  guru lesnya agar karya ilmiah bisa meraih Juara Internasional. Taktik dan Strategi sudah diatur. Data di manipulasi sedemikian rupa. Kemudian Romi menghubungi Rafi tentang rencana itu.


Romi: "Halo Rafi?"

Rafi: "Halo Romi, ada apa?"

Romi: "Rafi, ini ada guru les yang mau bantu karya ilmiah kita?"

Rafi: "oh ya, senang dong"

Romi: "tapi ini Fi, kita perlu rubah data"

Rafi: " dirubah data gimana?"

Romi: " Ya dirubah alias di manipulasi "

Rafi:" waah...saya tidak setuju kalau begitu"

Romi: " Yang penting kita Juara Fi"

Rafi: " Kalau Juara dengan cara yang culas, Aku tidak suka dengan cara itu"

Romi: " Kamu kok egois gitu Fi"


Romi rasanya memaksan diri pada Rafi untuk ambisi Juara. Sedangkan Rafi memahami bahwa lomba adalah proses belajar dan mencari pengalaman, juara adalah bonus. 


Saat latihan presentasi, Rafi tak mau menyampaikan data yang dirubah, karena itu bukan hasil penelitiannya. Romi terus mendesak agar Rafi mau mengikuti ajakannya. Rafi tetap pada pendiriannya. Akhirnya hubungan mereka kurang baik. Tak sekrab dulu. Mulai renggang dan mencari kesalahan masing-masing.


Akhirnya Rafi, tak mengikuti ajakan Romi dan memutuskan tidak ikut dalam event lomba itu. Terjadi pertarungan antara ambisi dan  hati nurani. Waallaulam bishowab..

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keputusan Berdampak

Jalan Dakwah Jalur Lomba

Bing Creator Image