Bibit Penggiat literasi
Oleh: Sriyanto
Dalam hal menulis, salah satu yang Saya kagumi adalah Abah Dahlan Iskan. Sampai hari ini, Saya setiap pagi mewajibkan diri membaca tulisannya. Karena beliau setiap hari menulis, kolom disway. Beliau orang yang konsisten dan disiplin pada dirinya sendiri untuk menulis. Terhitung sejak tahun 2018 sampai sekarang menulis tanpa putus.
Saya masih teringat motivasi dari Abah Dahlan Iskan dalam catatan disway. Kurang lebih begini pesannya, Belajar menulis itu ibarat naik sepeda. Terus berlatih lambat laun akan bisa. Dalam hal tulis menulis juga demikian, teruslah menulis tanpa menunggu tulisan sampai bagus. Nanti bagus dengan sendirinya.
Pesan itulah saya praktikan. Saya mencoba belajar menulis tentang apa saja. Dari apa yang saya lihat, saya dengar dan saya rasakan. Yang penting menulis. Mengalir saja seperti bercerita. Meskipun sampai hari ini tulisan saya masih belum bagus.
Pengalaman saya ini, coba saya tularkan pada Hanif putra kedua. Saya minta menulis pengalaman yang dialami. Beberapa hari lalu menulis tentang petualangan super camp. Tulisannya mengalir. Cerita apa adanya kondisi di sana. Kondisi hujan saat kemah. Pengalaman seru dan menantang itu diuraikan dalam tulisan.
Selesai ditulis, saya minta untuk baca lagi. Saya beri masukan titik, komanya. Ditambahkan dialoq percakapan. Saya tinggal poles sedikit. Kemudian saya kirim ke redaksi Majalah media Jawa Timur. Alhamdulillah telah terbit edisi bulan Februari 2024. Sudah dua karya terbit. Sebelumnya tentang pengalaman menjadi muadzin.
Tentu sebagai orang tua ikut senang, tulisannya di muat di media. Bagi saya ini kado terbaik untuk memicu agar terus menulis. Dan bagi ananda, semoga pengalaman ini menjadi motivasi bagi dirinya untuk terus berkarya. Saya melihat ada potensi bibit penggiat literasi. Waallaulam bishowab...
Surabaya, 06 Februari 2024
Komentar
Posting Komentar