Dengan Membaca, Manusia Mulia

Oleh: Sriyanto, M.Pd.



“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan “.

(Qs. Al-Alaq:1)

 

Perintah Membaca

Di setiap pagi, khususnya bada sholat subuh saya berusaha membaca Al Quran. Kebiasaan ini sudah saya azamkan sebelum melakukan sesuatu atau berangkat menebar ilmu. Harapannya dengan membaca kalam Allah SWT hati menjadi tenang, ada inspirasi yang membawa keberkahan dalam kehidupan.

Pagi tadi membaca surat Al-Alaq. Al Quran Surat Al-Alaq merupakan surat yang diturunkan pertama kali kepada Nabi Muhammad SAW ketika menerima wahyu. Setelah membaca saya mencoba merenung tentang Surat Al-Alaq ini. Begitu pentingkah perintah membaca bagi manusia? Apa hubunganya membaca dengan ilmu? Dan apa hubunganya ilmu dan manusia?.

Apabila memahami Surat Al-Alaq Ayat 1-5 yang: Artinya: (1). bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, (2). Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3). Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, (4). yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. (5). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Qs. Al-‘Alaq: 1-5).

Perintah pertama kali melalui firman Allah tersebut adalah membaca. Perintah itu tidak hanya berhenti membaca, tetapi diikuti dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakanmu. Agar dari membaca lahir ilmu yang diperolehnya selalu membawa manfaat bagi semua orang, bukan sebaliknya membawa kemudhorotan.

Perinta membaca, banyak yang menafsirkan tidak hanya sekedar membaca buku secara tekstual, tetapi jauh dari itu membaca ayat-ayat Allah SWT yang bersifat qouliyah maupun kauniyah. Ayat Qouliyah adalah ayat-ayat Allah yang telah ada dalam kitab suci Al-Quran. Sedangkan ayat Kauniyah adalah ayat-ayat Allah, yang ada pada sekeliling kita yang membawa hikmah dan kebenaran menuju kebesaran Allah SWT. Seperti peristiwa atau kejadian alam atau kejadian dalam hidup kita. Jika hal tersebut membawa hikmah, maka bisa jadi itu ayat-ayat Allah SWT yang harus kita renungkan.

Membaca dan Ilmu

Dari membaca akan mendapat pengetahuan, dari pengetahuan lahirlah ilmu. Nah dengan ilmulah, manusia memiliki derajat yang mulia. Jika manusia ingin mulia, harus memiliki ilmu. Dan ilmu itu diperoleh dari membaca. Sebagai profesi guru misalkan, membaca bagi guru suatu keharusan. Membaca sebagai nutrisi untuk bekal seorang guru, karena posisi guru adalah menebar ilmu.

Naif sekali, jika kita sebagai guru memiliki peran memberikan ilmu kepada peserta didik, tidak menambah pengetahuan baru. Jika itu terjadi maka ‘kering’ dalam proses pembelajaran. Akhirnya siswa lesu dan malas dalam pembelajaran. Mereka menganggap bahwa ilmu yang diajarkan sudah diketahui. Apalagi sekarang pengetahan bisa diakses darimana saja. Membaca adalah kuncinya mendapat ilmu, dan menjadikan hidup lebih mulia.

Kita harus yakin bahwa setiap ilmu itu bersumber kitab suci Al-Quran dari Allah SWT. Keberadaan ilmu tidak cukup untuk kepentingan duniawi saja, tetapi untuk kemaslahatan umat. Jika ilmu hanya untuk mendulang popularitas, kekayaan dan kedudukan semata, maka kedudukan ilmu justru menjerumuskan dirinya dan orang lain. Sebagai umat yang berilmu harus dimanfaatkan untuk sarana menebar kebaikan mendekatkan diri kepadaNya

Misalnya kita mengajarkan siswa sampai ahli matematika, jika kita tidak tuntun kearah spiritualitas, maka bisa jadi ilmu matematikanya digunakan korupsi mengelola pajak. Seorang anak memiliki kemampuan IT, tapi digunakan untuk hakker merusak jaringan telekomunikasi. Ahli hukum digunakan untuk merusak sistem hukum, Dalam konteks lebih makro, kita masih ingat peristiwa Jepang dibom nuklir oleh Sekutu. Ditemukannya ilmu nuklir, bukan untuk kemashalatan, tetapi kehancuran umat manusia demi berkuasa di dunia. Oleh karena itu ilmu yang kita ajarkan ilmu dengan perantara kalam Allah SWT, agar ilmu yang kita berikan menjadi berkah bermanfaat bagi umat.

Ilmu dan Manusia Mulia

Kita harus belajar terhadap ulama-ulama terdahulu dalam memuliakan ilmu. Misalnya seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, Ibnu Taimiyyah, Ibnu Khaldun, Al Jabbar dan lain-lain. Dalam ilmu kedokteran, Ibnu Sina menjadi rujukan ilmu kedokteran modern saat ini. Penemuan para ulama terdahulu masih menjadi sumber inspirasi dalam dunia ilmu pengetahuan hingga hari ini. Satu-satunya cara yang mereka contohkan agar ‘cahaya Quran’ masuk dalam ilmu itu. Sehingga derajat beliau semuanya ditinggikan oleh Allah SWT.

Seyogyanya dalam mengajarkan ilmu ke siswa berusaha untuk ditarik pada nafas ke Al-Quran atau sebuah hadits atau ayat-ayat kauniyah yang membawa hikmah. Agar ada internalisasi nilai spritualitas didalamnya. Tidak sekedar mengajarkan ilmu pengetahuan. Jika itu demikian yang dilakukan, pembelajaran akan lebih menarik, terkesan, menginspirasi dan bermafaat dalam hidup yang nantinya lebih dekat kepada TuhanNya.

Hal itu bisa dilakukan, jika kita rajin membaca buku atau realitas sosial yang membawa hikmah sebagai kekuatan dalam menyampaikan ilmu. Oleh karena itu, mari bersama-sama untuk selalu membaca dan mentadaburi ayat-ayat Allah baik qauliyah maupun kauniyah. agar menjadi pribadi-pribadi yang mulia. Waallahualam bishowab…

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Revolusi Mental

Keluar Zona Nyaman

Sade