'Angpao' Lebaran

'Angpao' Lebaran

Oleh: Sriyanto 

Salah satu tradisi lebaran bagi angpao. Istilah angpao itu tradisi orang tionghoa. Tapi sejak kecil saat lebaran bagi angpao sudah ada. Teringat masih kecil saat lebaran tiba, bersama teman-teman ujung-ujung (silaturahim). Hampir satu kampung yang dikunjungi satu desa. Dari rumah ke rumah dikunjungi satu-satu. Mulai dari selesai sholat Idul Fitri sampai siang. Jika belum selesai lanjut malam hari. Nah, salah satu berkahnya dapat angpao. Saat diberi senangnya bukan main.

Motivasi orang berbagi angpao niatnya memberi hadiah anak kecil kalau puasanya lunas, dan sekaligus sedekah mumpung di saat lebaran. Rasanya budaya unjung-unjung mulai terkikis. Anak sekarang Unjung-unjung hanya pada sanak keluarga saja, tidak semuanya keluarga. Rasanya kurang meriah tidak seperti dulu. Tapi tradisi bagi angpao tetap jalan.

Kemarin setelah sholat dhuhur berjamaah, saya dan si sulung silaturahim ke rumah paman saudara dari Bapak. Kebetulan dua putra langsung pulang ke rumah. Sampai rumah Si Bocil-panggilan putra paling kecil bilang. 

"Dapat angpao berapa Kak?'ujar Si Bocil.

"Lebaran itu tidak harus dapat angpao Cil, tapi Aku dapat lebih dari angpao" ujar Si Sulung.

"Lah dapat apa loh, Kak?," tanya Si Bocil.

Si Bocil rasanya penasaran, ayo ta Kak dapat apa hayo?. Maklum Si Bocil masih TK lebaran yang ditunggu angpao.

Terus Si Sulung menjelaskan, tadi Aku dapat Ilmu dari Mbah Dikin (pamane Abi). Nilainya lebih dari angpao. Kami berempat mendengarkan serius. Tadi Mbah itu cerita, meskipun pekerjaan tukang becak. Tapi anaknya 'sukses' semua. Barusan saja putra dan menantunya diangkat jadi PNS pengadilan Agama. Ada yang dinas di Lamongan, ada yang dinas di Surabaya dan menantunya dinas di Bali," ujar Si Sulung.

Dalam hati saya, oh ternyata Si Sulung menyimak obrolan saya dengan paman. Baguslah sudah bisa mengambil pelajaran atau motivasi dari orang lain.

Lalu Si Sulung melanjutkan ceritanya, " Nif kamu tahu rahasianya, saat panggil adiknya. Mbah Dikin itu tukang adzan di Masjid. Prinsipnya bahwa Allah maha segalanya. Allah Maha Kaya. Tidak ada yang sulit pagi Allah. Sehingga kalau sholat rawatib itu selalu datang lebih awal. Adzan dan puji-pujian. Kalau malam sholat tahajud minta sama Allah. Kalau pagi selalu dzikir sambil mengayun becaknya. 

Gitu Nif, coba nasihati adiknya. Kalau sholat jangan sampai terlambat. Ibarat anak sebelum dipanggil orang tua, sudah datang duluan. Pasti akan diperhatikan segala kemauan. Sama halnya kita dengan Allah. Kalau nurut sama Allah, hidup kita Asti dijamin sama Allah. Dalam hati saya, wah Si Sulung sudah jadi Ustadz, nasehati adiknya.

Tak cukup di situ, Si Sulung melanjutkan ceritanya. Mbah Dikin itu meskipun tukang becak, anaknya di sekolahkan semua. Alias kuliah dan lulus jadi sarjana. Saat itu Mbah Dikin, nasehati Si Sulung. Nak, nek sekolah sing temen Ben pinter. Ilingko bapakmu goleh duwit gawe biaya sekolah. Nek, sekolah temenan insyaallah Gusti Allah ngabulno opo keinginanmu. Kuncine loro, siji kudu sregep sholat, loro sekolah sing temenan. (Nasehat Mbah Dikin," Nak, kalau sekolah yang sungguh-sungguh biar jadi anak pintar. Ingatlah Ayahmu yang membiayai sekolah. Kalau sekolah sungguhan insyaallah Allah akan mengabulkan segala hajat. Kuncinya hanya dua. Satu sholat awal waktu. Kedua, sekolah yang sungguh-sungguh).

Nasehat itu diceritakan ulang sama Si Sulung pada kami berempat, khususnya nasehati Hanif. Si Bocil hanya manggut-manggut aja. 

Tentu bersyukur, Si Sulung sudah mengambil hikmah cerita itu. Semoga menjadi inspirasi dan motivasi bagi diri, dn bisa sukses seperti keponakannya. Itulah nasehat (angpao) lebaran yang saya dapat kemarin saat silaturahmi ke rumah paman. Waallaulam bishowab...

Lamongan, 13 April 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keputusan Berdampak

Keluar Zona Nyaman

Revolusi Mental