Ihsan

Ihsan
Oleh: Sriyanto

Puncak keimanan dan  keislaman yakni Ihsan. Apa itu Ihsan? Tatkala Baginda Rasul ditanya oleh Malaikat Jibril tentang ihsan, beliau menjawab, “Yaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila kamu tidak bisa (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”. ( HR Muslim ).

Para ulama membagi Ihsan menjadi dua yakni Ihsan dalam Ibadah dan Ihsan dalam Amalia. Ihsan dalam Ibadah, semuanya aktivitas ibadah dengan niat mencari ridho Allah Allah SWT. Misalnya seperti halnya puasa. Menjalankan ibadah puasa karena dasar iman. Meskipun orang lain tidak mengetahui, tapi Allah mengetahui kita puasa atau tidak.

Sedangkan Ihsan dalam beramal yakni melakukan amal Sholeh tanpa mengharap balasan dari manusia. Perbuatan Ihsan Amalia sebagaimana dicontohkan Ali bin Abi Thalib. Kisah ini terekam dalam Al Quran Surah Al Insan ayat 8. Surat ini turun asbabul Nuzul kurang lebih sebagai berikut: suatu ketika putra Ali bin Abi Thalib yakni Hasan Husein sakit panas tinggi. Sampai-sampai Ali bin Thalib bernazar ada Allah. Seandainya kedua cucu Rasulullah Saw disembuhkan akan berpuasa tiga hari.

Beberapa hari kemudian, kedua putranya sembuh dari sakit. Karena sudah bernazar maka Menantu Rasulullah Saw melaksanakan nazar puasa tiga hari. Hari pertama puasa, Fatimah sudah menyediakan makanan berbuka. Tapi menjelang berbuka ada yang mengetuk pintu, lelaki miskin meminta sedekah. Lalu Sahabat Ali memberikan hidangan yang akan dibuat berbuka.

Hari kedua, menjalani puasa menjelang magrib ada seorang anak yatim datang ke rumah Suami Fatimah untuk meminta makanan. Istri Ali bin Thalib memberikan makanan yang ada.

Puasa yang ketiga, mengalami hal yang sama ada seorang tawanan datang mengetuk pintu meminta sedekah atau makanan karena mereka lapar sehingga Menantu Rasulullah memberikan makanan yang akan dibuat berbuka.

Pada hari berikutnya Ali bin Abu Thalib dan Fatimah membawa kedua putranya Hasan dan Husein menemui kakeknya Rasulullah SAW, dengan berjalan tertatih-tatih karena tidak makan selama tiga hari berturut-turut. Melihat kondisi putrinya fatimah dan kedua cucunya Hasan dan Husain yang sangat lemah, Nabi SAW menangis sambil memeluk mereka. Saat itulah Malaikat Jibril menurunkan {Q.S. Al-insan : 8 s/d 9}.

Artinya: "Mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan. (Mereka berkata,) “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanya demi rida Allah. Kami tidak mengharap balasan dan terima kasih darimu."

Begitu luar biasa sikap Ali bin Thalib, sampai-sampai Allah SWT memuji langsung yang terekam dalam Al Qur'an. Semoga diakhir ramadhan ini kita lebih semangat untuk bersedekah ada orang yang membutuhkan. Dan jangan berharap belas kasihan manusia. Serta yakinlah bahwa Allah SWT membalas  sekecil apapun amal Sholeh yang kita berbuat.

Itulah ilmu yang saya dapat dari Ustadz Dr. Syamsuddin, M.Ag saat kuliah subuh di Masjid Hikmatul Hakim. Semoga bermanfaat. Waallaulam bishowab...

Surabaya, 02 April 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Revolusi Mental

Keluar Zona Nyaman

Sade