Dua Kebahagiaan

Dua kebahagiaan 
Oleh: Sriyanto 

Di awal Ramadhan ini, saya merasakan dua kebahagiaan yang patut bersyukur pada illahi. Pertama, Kebahagiaan bersama Bapak awal ramadhan. Bersyukur awal ramadhan bisa pulang kampung, menemani bapak berbuka dan sahur bersama. Biasanya setiap tahun, tidak bisa pulang karena masih punya amanah di Masjid untuk mengawal kegiatan ramadhan. Alhamdulillah tahun ini panitia ramadhan sudah bisa mengatasi kegiatan sesuai dengan tugas masing-masing. 

Teringat materi Prof. Badri tentang strategi manajemen. Bahwa seorang leader harus punya kemampuan manajemen. Tolak ukur strategi manajemen berhasil, seorang leader tanpa hadir, Organisasi itu sudah berjalan sendiri karena strategi manajemen yang dibuatnya sudah berjalan. Tahun ini kepanitiaan ramadhan saya beri kewenangan penuh untuk membuat program dan pembagian tugasnya. Saya hanya mengontrol dan mendukung kegiatan itu. Sehingga kesempatan ini bisa ke 'Banglades' bangsa Lamongan desa.

Saya niatkan saat liburan sekolah, awal dan akhir ramadhan bersama Bapak di Lamongan. Mengingat akhir-akhir sering sakit khususnya jantungnya kambuh. Sebulan kemarin sudah tiga kali masuk rumah sakit. Alhamdulillah kemarin dua hari bisa mendampingi bapak. Rasanya bahagia banget. Bapak bilang, " awakmu teko Nang omah kene Iki bapak wis seneng Podo Karo obat,". Artinya kamu datang ke rumah sama halnya menjadi obat. Hati saya merasa teriris. Tidak bisa menemani bapak yang sedang sendiri. Bapak butuh anak untuk diajak ngobrol yang mana itu mengurangi beban pikiran. Saudara-saudaraku disana belum bisa memahami hati bapak. Saya berusaha setiap satu bulan sekali, saya sempatkan pulang. Mengingat orang tua hanya sebatang kara. Saya harus optimalkan sampai diakhir hayatnya.

Teringat sabda Rasul dalam sebuah hadist,

"رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ لَقِيَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ"

Artinya: "Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk syurga" [HR. Muslim] .

Hadits ini menekankan pentingnya berbakti kepada orang tua dan memanfaatkan kesempatan untuk memperoleh ampunan Allah SWT. Jangan sampai saya menjadi orang celaka, tidak mendapat ampunan dari Allah SWT, gara-gara tidak dekat bersama orang tua.

Sangat senangnya badan mulai enak, bapak ngajak jala udang di tambak. Bapak ingin sekali udang untuk makan cucunya. Masyallah kebahagiaan tak terkira rasanya. Saya hanya berdoa, "Ya Allah, berikan kesehatan selalu pada bapakku dan berikan panjang umur sampai melihat cucu-cucunya sukses dikemudian hari,".

Kebahagiaan kedua, yanga saya rasakan dapat kiriman foto Si Sulung Aryan mengisi kultum Subuh di masjid Hikmatul Hakim. Saya sampaikan ke panitia ramadhan, Remaja masjid di dorong untuk tampil diatas mimbar memberikan nasehat buat dirinya dan jama'ah. Tahun ini diberi waktu dua kali tampil. Bagi saya remas adalah aset yang berharga bagi masjid. Dialah generasi penerus memakmurkan masjid kedepannya.

Kebetulan posisi saya di Lamongan, tidak bisa mendampingi latihan kultum. Alhamdulillah si sulung sudah bisa mencari tema atau materi sendiri. Materi itu di forward ke saya. Berikut isinya:
****
Assalamu’alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.
Innal hamdalilah wasolatu wasalamu ala rosulillah syaidina Muhammad ibni abdilah waala alihi wahbihi wamawalah (amma ba’du)

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah mempertemukan kita kembali di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Hadirin jamaah yang dirahmati Allah
Pada kesempatan ini izinkan saya untuk menyampaikan kultum singkat dengan tema “Dakwah Pemuda di Bulan suci Ramadhan”

Bulan Ramadhan adalah momentum yang tepat bagi kita, khususnya para pemuda, untuk meningkatkan kualitas diri dan berkontribusi positif bagi masyarakat. Seperti yang kita ketahui bersama, dakwah tidak hanya terbatas pada ceramah di mimbar, namun juga bisa kita wujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan positif lainnya.

Menurut saya ada lima cara berdakwah yang bisa kita lakukan sebagai pemuda di bulan Ramadhan ini:
Pertama, Belajar: Manfaatkan waktu Ramadhan untuk menambah ilmu agama, khususnya tentang puasa dan segala hal yang berkaitan dengannya. Dengan pemahaman yang baik, kita bisa menjalankan ibadah dengan lebih khusyuk dan benar.

Kedua, Ibadah: Tingkatkan kualitas ibadah kita, baik ibadah wajib maupun sunnah. Perbanyak shalat sunnah , membaca Al-Qur'an, dan berdzikir. Ini adalah cara kita mendekatkan diri kepada Allah SWT (QS. An Nisa Ayat 36).

Artinya : Sembahlah Allah dan jangan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, berbuatlah kebajikan kepada kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat dan jauh, teman sejawat, orang yang sedang dalam perjalanan dan hamba sahaya yang kamu miliki.

Ketiga, Berbakti: Latih diri untuk selalu rendah hati dan melayani sesama. Bantu orang tua, saudara, teman, atau siapa pun yang membutuhkan pertolongan kita.

Keempat, Berbagi: Tanamkan sifat dermawan dalam diri kita. Sisihkan sebagian rezeki kita untuk bersedekah kepada yang membutuhkan. Berbagi bisa berupa materi, makanan, atau bahkan sekadar senyuman.

Kelima, Silaturahim: Jalin dan perbaiki hubungan sosial kita dengan sesama manusia, terutama dengan keluarga dan kerabat. Kunjungi mereka, saling maaf-memaafkan, dan pererat tali persaudaraan.

Hadirin Jamaah yang berbahagia,

Melalui kelima poin ini, kita sebagai pemuda dapat berkontribusi dalam menyebarkan kebaikan di bulan Ramadhan. Mari kita jadikan Ramadhan ini sebagai momentum untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kekuatan dan kemudahan untuk menjalankan ibadah di bulan Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya.
Demikian kultum singkat yang dapat saya sampaikan, mohon maaf bila ada salah kata

Wabillahi taufiq wal hidayah, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

****
Saya membaca konsep materi kultum yang dibuat kakak Aryan, rasanya meneteskan air mata. Saya bersyukur sudah punya anak remaja yang sudah punya konsep diri tentang remaja dan Islam yang bagus. 

Rasa penasaran, saya tanya istri di rumah, "bagaimana Kakak Aryan saat kultum?". Alhamdulillah tampil bagus, tanpa melihat teks. Saat baca dalil Qur'an baru lihat teks. Bersyukur sekali punya anak anak Sholih, bisa mandiri dalam mengahadapi tantangan yang diberikan yakni memberi kultum. Artinya sudah bisa mengantikan peran Abinya jadi imam atau kultum di masjid. Barokallah...

Itulah dua kebahagiaan yang saya rasakan di awal ramadhan ini. Membuat semangat lagi untuk terus berbuat kebaikan pada sesama. Bersabar dan mendidik anak dan berbakti pada orang tua. Waalaikumussalam bishowab...

Sidoarjo, 04 Maret 2025

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keputusan Berdampak

Bing Creator Image

Literasi Tiada Henti