Free Writing

Pasca deklarasi Muhfud MD sebagai Cawapres, saya menanti sikap Pak Jokowi dan Gibran ingin berlabuh kemana?. Berbagai acara televisi dan medsos tidak ada yang memberitakan. Mungkin pak Jokowi masih fokus acara di China. Saya matikan TV dan taruh HP.


Saya ambil buku diatas meja untuk mengisi waktu luang. Judul buku 'Free Writing'. Karya Hernowo Hasim. Penulis terkenal dengan buku best seller memikat makna.


Pesan dari buku ini, penulis ingin mengajak pembaca 'free writing'. Artinya menulis bebas. Bebas dari apa? Bebas dari tekanan atau ancaman. Bebas dari bentuk genre tulisan. Tulislah semua yang ada dalam pikiran. Bayangkan di dunia ini hanya anda sendiri, tidak orang tahu. Anda menulis apa dan tidak ada membaca, " ujarnya. Memang sedikit sugesti. Intinya bebas. Kalau bahasa sekarang looss gak rewel.


Namun, konsep free writing bukan tanpa landasan teori. Penulis ingin menunjukkan landasan teori. Misalnya Natalie Goldberg dalam bukunya, ' Writing Down the Bones,". Yang mengusulkan menulis tanpa bentuk. Menulis dari pikiran sendiri. Mungkin tidak masuk genre esai, cerpen, opini, novel atau lainnya. Yang terpenting menulis tanpa ada rasa takut.


Teori kedua, Dr. James W Pennebaker-seorang psikolog mengenalkan konsep menulis untuk membuang. Membuang apa?membuang seluruh emosi negatif dan membuang yang menggangu pikiran. Menurutnya menulis bagian terapi membuang trauma, ketakutan, keraguan atau bebas dari stress. (hal. 5). 


Masih banyak lagi yang mendukung konsep free writing seperti Bobi Deporter, Tony Buzan dan lainnya. Bisa baca sendiri dalam buku ini bagian awal. 


Setelah tahapan free writing, selanjutnya bagaimana tulisan itu memikat makna. Agar tulisan itu tidak menguap begitu saja, maka harus diikat dengan maknanya. Tips triknya diuraikan secara renyah oleh penulis dalam buku ini.


Setelah membaca buku ini, memang benar terkadang kita merasa takut dan ragu dalam menulis. Sehingga tidak keluar kata-kata dalam pikiran. Makanya salah kunci pertama, menulislah dengan bahagia. Tanpa tekanan. Saya sendiri mencoba menulis apa saja yang dalam pikiran. Baik kejadian di rumah, sekolah bahkan isu-isu politik. Pokoknya loss dol. Tak takut diintervensi. Tak takut diancam. Karena saya menganggap bagian dari hak berekspresi.


Akhir-akhir ini saya sering menulis isu politik. Ada seorang teman tidak setuju dengan pendapat saya. Why not. Jika ingin membantah, bantalah dengan tulisan. Agar sepadan bagaimana jalan pikirannya.


Memang betul ketika rasa emosi, kekecewaan dan kesenangan, jika dituangkan dalam bentuk tulisan ada kepuasan tersendiri.


Buku ini layak dibaca semua orang. Khusunya yang merasa tersiksa kalau menulis. Stres jika ada tugas menulis. Rubah maindset, menulis menuju kebahagiaan," ujar Hernowo. Waallaulam bishowab.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keputusan Berdampak

Jalan Dakwah Jalur Lomba

Bing Creator Image