Profesor NU


Kemarin dapat kabar duka civitas akademika Universitas Negeri Surabaya. Salah satu guru besarnya Wafat yakni Prof. Dr. H. M. Ali Haidar, MA. menghadap ke Rahmatullah. Semoga segala amal ibadahnya diterima dan segala dosanya diampuni oleh Allah SWT. Serta dalam keadaan Khusnul khatimah.

Saya punya kenangan sama beliau saat menjadi dosen Pembimbing skripsi waktu itu. Mungkin dalam catatan 'sejarah' dosen Pembimbing skripsi lintas jurusan. Saat itu, ketua Jurusan PPKn adalah Dr. Warsono, M.Si, saya mengajukan proposal skripsi tentang Nahdhatul Ulama (NU). Beliau merekomendasikan Prof. Ali Haidar, MA Dosen Jurusan sejarah, pengajar mata kuliah Pendidikan Agama Islam menjadi pembimbing saya. Alasannya Prof. Ali Haidar penulis buku berjudul Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia (Pendekatan Fiqih politik) yang diterbitkan Gramedia, 1994. Buku itu selalu dijadikan rujukan menulis tentang NU. Beliau dikenal Profesor NU.

Waktu itu saya menghadap dengan surat rekomendasi ketua jurusan. Alhamdulillah diterima dengan baik. Lalu ditanya kamu menulis tentang NU dalam hal apa? Saya jawab ingin menulis sikap politik NU pada era reformasi (1998-2001). Kemudian ditanya lagi, apa alasan menulis tentang NU? Saya mengikuti organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Organisasi kaum muda Nahdiyin. Silakan tulis Bab 1 dan 2 , jika sudah selesai nanti ketemu saya," ujar beliau.

Pernah janjian bimbingan skripsi. Saya terlambat 10 menit. Saya cari beliau sudah tidak ada, kemudian saya hubungi beliau, kemudian dijawab janjian terlambat kapan bisa maju, disiplin waktu tidak bisa. Dari kejadian itu saat bimbingan datang lebih awal.

Saat menghadap saya sodorkan proposal skripsi. Dibuka pada bab 2 langsung dicoret semuanya. Kalau menulis tentang NU pendekatan sejarah, langsung menjelaskan sejarah perjalanan NU. Tidak dijelaskan peristilah. Sedangkan pada bab 3 juga sama dicoret semuanya. Beliau jelaskan, ibarat tujuanmu ke terminal Bungurasih, bagaimana caranya menuju tujuan itu. Bukan menjelaskan definisi apa itu kajian pustaka, observasi, apa itu wawancara. Ilmu itu yang saya pegang sampai sekarang ketika membimbing dan membuat karya ilmiah.

Saat sidang skripsi, saya merasa di 'untungkan' karena yang menguji Dr. Warsono dan Dr. Turhan Yani, beliau berdua promotornya saat disertasi. Jadi kalau senior. Sehingga saat ujian tidak ada pertanyaan yang sulit, justru hanya memberikan masukan. Bahwa NU tidak lepas dari tarikan politik praktis. Karena memiliki Jam'iyyah jumlah besar sangat berpengaruh dalam perkembangan politik. Dalam catatan sejarah khususnya pada era reformasi, pembentukan PKB sebagai partai politik untuk mewadahi sahwat politik. Tapi tidak menutup kemungkinan ada kader NU berkiprah di partai lain. Secara organisatoris NU tidak secara langsung ikut perhelatan politik. Tapi secara kultural massa NU. Ada istilah NU tidak kemana-mana, tapi ada dimana-mana. Saya kondisi itu yang terjadi sampai saat ini.

Itulah kenangan manis bersama Prof. Dr. Ali Haidar MA. banyak ilmu dan pelajaran yang diberikan. Semoga menjadi Jayriyah bekal diakhirat Selamat Jalan Profesor NU. Waallaulam bishowab...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keputusan Berdampak

Jalan Dakwah Jalur Lomba

Bing Creator Image