Hikmah Kisah Nabi Ayyub

Ramadhan bulan syahrul Al Qur'an. Dimana bulan diturunkan Al Qur'an. Sehingga membaca Al Qur'an menjadi amalan utama di bulan Ramadhan. Syukur-syukur bisa mentadaburinya.


Pertanyaan muncul, sudah berapa kali khatam Al-Qur'an? Sejauh mana interaksi dengan Al Qur'an?. Mari kita jadikan refleksi dalam diri ini, ramadhan sudah berjalan separoh waktu. 


Apabila kita membaca buku, memahami isi buku, memahami alur cerita pasti senang nambah pengetahuan. Lebih-lebih bisa mengambil hikmah apa yang kita baca. 


Itu kalau membaca buku ciptaan manusia yang kita baca begitu berharga ilmu pengetahuan. Nah sekarang, seandainya kita bisa memahami kandungan Al Qur'an sebagai kalam Illahi pasti lebih dahsyat. Karena Al Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang menjadi pedoman hidup. Ibarat seperti 'manual book' petunjuk bagi manusia menghadapi persoalan kehidupan. 


Di dalam Alquran, setidaknya sepertiga isinya menceritakan tentang sejarah dan kisah-kisah. Yang dapat diambil pelajaran dan hikmah untuk menapaki kehidupan. Inilah cara Allah SWT mengajarkan hamba-Nya untuk menjadi manusia yang mulia, yaitu membaca kisah dan mengambil peristiwa  terdahulu agar hidupnya tetap bahagia dalam kondisi apapun.


Seyogyanya kita sempatkan membaca kisah-kisah dalam Al Qur'an. Membaca surah An-Anbiya. Hati ini terasa ingin membaca kisah Nabi Ayub AS. Kisah Nabi Ayub terekam dalam Al-Qur’an Surah Al-Anbiya ayat 83—84:

Artinya “Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, ‘(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.’


Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami.”


Dalam berbagai referensi, membaca kisah Nabi Ayyub sangat menakjubkan. Bagaimana tidak? Seorang yang diberikan Nikmat oleh Allah SWT dengan perkebunan yang luas. Memiliki ribuan bintang ternak. Harta kekayaan melimpah. Dan diberikan keturunan yang banyak. Tapi sikap Nabi Ayyub AS tetap bersyukur dan tidak sombong.


Rasanya Allah SWT ingin menguji Nabi Ayyub AS, bagaimana jika diuji dengan kesusahan apakah tetap beriman?. Satu persatu Allah SWT menghilangkan kenikmatan itu. Perkebunannya mulai tandus dan kering. Hewan peliharaan mulai mati semua. Tak cukup di situ, semua keturunan Nabi Ayyub diwafatkan oleh Allah SWT.


Coba kita bayangkan dan renungkan, kondisi seorang yang begitu kaya raya kemudian diuji sedemikian rupa, bagaimana perasaan kita? Apakah Nabi Ayyub kufur atas peristiwa yang dialami?. Ternyata Nabi Ayyub tetap tabah dan sabar menghadapi ujian itu.


Tak berhenti disitu, ujian yang diberikan. Nabi Ayyub diuji dengan penyakit kulit disekujur tubuhnya. Ada salah satu riwayat yang menyebutkan sampai kulit membusuk, yang menyebabkan warga sekitar mengusirnya dari perkampungan. Dikhawatirkan menular ke warga. Akhirnya Nabi Ayyub di asingkan jauh dari perkampungan.


Melihat kondisi suaminya yang begitu menyakitkan, sang istri berkata, "Wahai suamiku Ayyub, seandainya engkau berdoa memohon kepada Tuhanmu, niscaya Dia akan menyembuhkanmu."


Tapi jawaban yang dahsyat dari Nabi Ayyub AS menjawab, "Aku telah menjalani hidup yang sehat wal afiat selama tujuh puluh tahun. Tidak sewajarkah bila aku melapangkan dada kepada Allah ketika menghadapi cobaan yang lebih singkat dari tujuh puluh tahun?"


Dengan rasa syukur dan kesabaran dalam mengahadapi ujian diberikan, Allah SWT mengembalikan kemuliaannya. Hal ini dikisahkan dalam Surah Sad ayat 41—44: Artinya “Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, ‘Sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana.’ Allah berfirman, ‘Hentakkanlah kakimu; inilah air sejuk untuk mandi dan untuk minum.’


Dan kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan Kami lipat gandakan jumlah mereka, sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat.


Itulah kisah Nabi Ayyub yang penuh hikmah dan dapat kita jadikan pelajaran dalam kehidupan. Bersyukur mendapat nikmat dan bersabar menghadapi ujian.


Momentum ramadhan sangat tepat, memperbanyak berinteraksi untuk membaca kisah-kisah dalam Al Qur'an. Sehingga dapat mempertebal iman dan dijadikan hamba selalu bersyukur dan sabar. Waallaulam bishowab...


Kedungturi, 27 Maret 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keputusan Berdampak

Jalan Dakwah Jalur Lomba

Bing Creator Image