Membangun Pondasi Pada Anak

*Membangun Pondasi Pada Anak*
Oleh: Sriyanto 

Ramadhan bulan penuh berkah. Berkah artinya bertambahnya kebaikan. Termasuk bertambahnya ilmu agama. Alhamdulillah di Masjid Hikmatul Hakim, setiap tarawih dan subuh ada waktu Ustadz menyampaikan tausyiah.

Tadi Subuh dapat ilmu dari Ustadz Miftahul Jinan (Direktur Griya Parenting).
Pentingnya Membangun Pondasi (Akar) pada anak. 

Beliau mengilustrasikan, Ada seorang petani menanam pohon kurma. Tentunya disiapkan benih, pupuk dan kebutuhan lainnya. Ditanamkan puluhan Pohon kurma itu. Satu sampai tiga bulan belum tumbuh. Empat bulan mulai tumbuh. Dalam jangka waktu setahun lebih sudah menjulang tinggi. Suatu ketika ada badai besar yang menyambar. Hampir delapan persen pohon kurma itu tumbang. Sedangkan dua puluh persen butuh penyangga agar kokoh. Ketika diteliti kenapa sebagian besar tumbang? Ternyata penyebabnya akarnya tidak kokoh.

Kemudian petani mencoba menanam kembali. Fokus pada akarnya. Setelah dilubangi diberikan batu-batu yang kuat dan kokoh. Tiga bulan kemudian mulai tumbuh. Setahun, dua tahun pohon tumbuh besar dan tinggi. Suatu ketika ada hujan angin dan badai. Pohon kurma itu tidak ada yang tumbang alias masih kokoh.

Dari ilustrasi diatas, sebuah gambaran pada diri kita seringkali kali dalam mempersiapkan anak fokus pada cabang atau buahnya saja. Tapi terlena pada pondasi utama yang dimiliki anak.

Pada era saat ini perkembangan zaman begitu cepat, menjadi tantangan tersendiri dalam mempersiapkan pondasi yang kokoh. Beliau menjelaskan paling tidak ada dua pondasi penting, merujuk jurnal yang ditulis Margono, antara lain: 

Pertama, Kesholihan pada Allah, pada Rasul, dan orang tua. Membangun pondasi pertama ini butuh kesholihan orang tua dan pembiasan di rumah. Contoh sederhana, ketika saat di rumah membersihkan mobil, lalu terdengar Adzan. Apabila kita segera menuju masjid, secara tidak langsung memberikan teladan anak bahwa waktu menghadap Allah jauh lebih penting, dibanding dengan mencuci mobil. Menanamkan tauhid sejak dini sangat penting.

Beliau mencontohkan video viral, ada sepasang kakek nenek yang terlantar. Ketika ditanya, tidak senang tinggal bersama anaknya. Tentu miris sekali atas kejadian itu, tidak ada Kesholihan anak pada orang tua. Akan tetapi, jika dirunut kebelakang, bisa jadi kakek nenek itu, tidak memberikan pondasi yang kuat pada anaknya. Sehingga prilakunya tidak patuh pada dirinya. Jika anak itu sudah ditanamkan sejak kecil, insyaallah menjadi anak yang Sholih berbakti pada Allah dan orang tua.


Kedua, Ketangguhan. Pondasi ini sangat bagi Generasi Z atau generasi Alfa. Sebab dunia Serba cepat dan instan. Penyelesaian masalah ingin cepat. Sehingga tidak punya pengalaman mengatasi masalah. Oleh karena itu dibutuhkan anak yang tangguh atau kuat. Baginda Rasul bersabda: "Seorang mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada orang lemah,". 

Sering menjumpai beberapa kasus, ketika anaknya melanggar di sekolah orang tua melobi agar anaknya tidak di hukum. Jika tidak bisa marah-marah pada sekolah atau guru. Bahkan lebih parah lagi sampai membaca pengacara untuk proses hukum. Dari kasus ini sebenarnya mengajarkan anak untuk jalan pintas. Tidak mengajarkan untuk bertanggung jawab menghadapi masalah tersebut. Secara tidak langsung juga mendidik anak, tidak menyadari kesalahannya dan meminta maaf pada guru. Jika ini terjadi, ibarat pohon kurma yang selalu disangga, tidak kokoh pondasi. Minta perlindungan orang tua. Kalau kondisi demikian sampai kapan. Padahal anak nanti tumbuh dewasa dan tidak lagi bersama orang tua. Oleh karena itu, seorang anak perlu diajarkan menerima konsekuensi dan ketangguhan tangguh. Biarkan anak kita berproses pada masalah yang dihadapi agar muncul ketangguhan.

Itulah dua pondasi (akar) penting yang perlu kita tanamkan pada anak-anak Kesholihan dan ketangguhan. Semoga dengan dua bekal ini, anak-anak tetap kokoh menghadapi badai kehidupan. Waallaulam bishowab...

Kedungturi, 30 Maret 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keputusan Berdampak

Jalan Dakwah Jalur Lomba

Bing Creator Image