Semut

SEMUT
Oleh: Sriyanto 

Semut. Binatang kecil yang mungkin bagi kita tak ada manfaatnya. Bahkan sering menggigit kita sampai bengkak. Tetapi bagi Allah, Semut adalah makhluk yang ‘istimewa’. Karena binantang kecil itu namanya diabadikan di dalam Al Quran. Tidak semua binatang direkam pada kalam Illahi. Pasti ada rahasianya dibalik semut.

Tadi pagi, saya membaca Qs. An Naml[27] artinya semut. Batin saya mengatakan, mengapa Allah begitu ‘istimewa’ mengabadikan semut dalam wahyunya?. Ternyata saya menemukan kisah percakapan semut dengan bala tentaranya, yang membuat tersenyum Nabi Sulaiman, dan berdoa kepada Allah SWT. 

Kisah itu diabadikan dalam Qs An Naml:18-19. “Ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut,” Wahai semut-semut! masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadarinya.”[Qs.27;18].
“Maka Dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkan ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau Anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhoi; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu kedalam golongan hamba-hambaMU yang sholeh.” .”[Qs.27;19].

Mari kita mentadaburi Qs.An Naml;18-19. Kalau kita membaca kisah diatas, mengapa semut berkata seperti itu? Mungkin semut mengira Nabi Sulaiman adalah seorang Raja tidak bisa berlaku adil terhadap manusia dan makhluk lain (semut), sehingga ‘Raja’ semut menyuruh anak buahnya masuk sarangnya agar tidak diinjak. Ada sebuah hikmah, bahwa siapapun sebagai penguasa, Presiden, Raja, Ketua partai, Tokoh masyarakat, Ulama, siapapun agar berlaku adil terhadap sesama, dan makhluk Allah yang lainnya. 

Mendengar perkataan semut itu, Nabi Sulaiman itu tersenyum dan berdoa. “Ya Tuhanku, anugerahkan ilham untuk tetap mensyukuri nikmatMu..” Dengan Ilham yang diberikan oleh Allah bisa mendengar perkataan semut, sebagai bukti kenabian. Agar selalu tetap bersyukur atas segala nikmat yang diberikan kepadanya, dan kedua orang tuanya. Sebagai sujud syukurnya dengan mengerjakan kebajikan yang diridhoi Allah. Subhanallah…itulah sikap Nabi Sulaiman selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah. 

Sebuah pelajaran buat kita bahwa begitu banyak nikmat yang diberikan oleh Allah. Nah, sebagai wujud syukurnya adalah menebar kebaikan (amal sholeh) dan berharap kebaikan itu diridhoi oleh Allah. Ternyata kebaikan itu, tidak semuanya diridhoi oleh Allah. Jika kebaikan itu hanya ingin dipuji oleh manusia. Jika kebaikan itu dengan maksud tertentu, tidak semata-mata karena Allah. Oleh karena itu, kita selalu berharap kebaikan yang kita lakukan diridhoi oleh Allah. 

Selain itu, Nabi Sulaiman juga berdoa agar dikelompokkan dengan orang-orang sholeh. Sekelas Nabi saja masih berharap dikumpulkan bersama golongan hamba yang sholeh. Hal ini menunjukan bahwa, berteman atau berkawan dengan orang sholeh itu sangat penting. Berkawan itu bisa mempengaruhi sikap dan prilaku dalam kehidupan. Ibarat orang yang bergaul dengan orang jual minyak wangi, insyaallah kena imbas wanginya. Namun, sebaliknya jika kawannya selalu membawa kemaksiatan, maka lambat laun akan terpengaruh dalam hidupnya. Berkawan sangat menentukan ‘nasib’ seseorang. Bagaimana dengan diri kita?

Semoga dengan mentadaburi ayat diatas, kita termasuk golongan orang-orang yang bersyukur atas nikmat Allah, suka beramal yang berharap ridho Illahi, dan dikumpulkan dalam hamba yang sholeh. Sehingga bisa berlaku adil pada sesama, dan makhluk lainnya seperti kisah semut. Waallahu a'lam bishowab.

Surabaya, 28 Mei 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keputusan Berdampak

Jalan Dakwah Jalur Lomba

Bing Creator Image