Pahlawan Masa Kini


Pahlawan Masa Kini
(Refleksi Hari Pahlawan)
Oleh: Sriyanto

10 November momen bersejarah bagi bangsa Indonesia. Ulama, santri dan rakyat jelata bersatu padu mempertahankan kemerdekaan. Khususnya arek-arek Suroboyo berjuang mengusir penjajah. Hari itu dikenal dengan Hari Pahlawan. Setiap tanggal 10 November warga Surabaya telah memperingatinya, guna mengingat kembali semangat juang para pahlawan yang mempertaruhkan nyawa demi kemerdekaan Indonesia. Hari ini SMP Al Hikmah Surabaya telah memperingati hari pahlawan.

Di Surabaya tahun 1945, semangat itu terbakar dalam pertempuran heroik yang mempertahankan harga diri bangsa. Semangat itulah harapannya terwarisi bagi generasi masa kini. Bagi pemuda masa kini, Hari Pahlawan tak hanya sekadar seremoni semata, tapi sepatutnya menjadi renungan dan bertanya pada diri sendiri tentang bagaimana menjadi pahlawan di era masa kini?.

Di zaman sekarang, peran pahlawan sudah bergeser. Pemuda kini tidak lagi dihadapkan dengan peperangan fisik melawan penjajah, tetapi dihadapkan pada tantangan yang berbeda, seperti kemalasan, gadget, pornografi dan arus negatif era digital lainnya. Semua itu membutuhkan semangat baru generasi muda sebagai bentuk “perjuangan” baru. Tantangan ini tidak kalah berat dibandingkan masa perjuangan kemerdekaan. Maka dari itu, makna kepahlawanan juga harus berkembang sesuai zaman, dengan nilai-nilai yang relevan untuk diterapkan oleh generasi muda saat ini.

Hari Pahlawan merupakan pengingat bahwa keberanian, pengorbanan, dan tekad kuat adalah nilai semangat tak akan ditelan zaman. Keberanian untuk menyuarakan kebenaran, misalnya Keberanian ditunjukkan melalui aksi-aksi nyata seperti kampanye anti pornografi, melawan ujaran kebencian, dan menyuarakan keadilan. Di era digital, kepahlawanan bisa diwujudkan melalui keterlibatan dalam kampanye-kampanye sosial yang positif, yang bertujuan untuk mengedukasi pemuda masa kini.

Lebih dari itu, jiwa pahlawan dalam diri pemuda masa kini juga dapat diwujudkan melalui kontribusi nyata dalam berbagai bidang. Dalam pendidikan, misalnya, pemuda belajar dengan tekun mengukir prestasi di sekolah. Meraih prestasi butuh pengorbanan. Dengan prestasi, pemuda bisa menjadi inspirasi dan membantu meningkatkan kapasitas generasi muda lainnya. 

Selain itu, pemuda masa kini juga harus memiliki semangat juang yang tinggi dalam menghadapi tantangan kehidupan, terutama dalam era persaingan global yang semakin ketat. Kompetisi dalam dunia kerja, teknologi, dan ekonomi menuntut pemuda untuk memiliki keterampilan dan sikap tangguh. Di sinilah makna pengorbanan perlu dipahami, bahwa sukses dan pencapaian seringkali membutuhkan usaha ekstra, dedikasi tinggi, dan ketekunan yang berkelanjutan. Belajar dari para pahlawan yang tidak pernah menyerah di medan perjuangan, pemuda masa kini juga harus terus berjuang untuk meraih mimpi.

Menjadi pahlawan masa kini juga berarti memiliki empati dan kepekaan sosial. Di tengah gempuran teknologi (gadget) yang sering kali membuat manusia menjadi individualistis, pemuda harus bisa menyeimbangkan antara kepentingan pribadi dan kepentingan sosial. 

Refleksi Hari Pahlawan juga mengajarkan kita untuk tidak melupakan sejarah dan menghormati para pahlawan yang telah gugur. Di era yang serba instan ini, penting bagi pemuda untuk tetap menghargai proses dan perjuangan, serta menghormati nilai-nilai luhur yang telah dibangun oleh para pendahulu kita.

Jika dulu pahlawan berjuang dengan senjata dan strategi perang, kini pahlawan berjuang dengan pengetahuan dan kolaborasi. Generasi muda bisa berkolaborasi dalam hal teknologi, misalnya dengan menciptakan aplikasi yang berguna untuk masyarakat atau membuat platform edukatif. 

Sekali lagi, Hari Pahlawan bukan sekadar perayaan sejarah, melainkan sebuah ajakan bagi pemuda untuk meneruskan cita-cita luhur bangsa. Semoga semangat juang para pahlawan bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus berkontribusi, berinovasi, dan berkolaborasi demi ibu Pertiwi. Waalaikumsalam bishowab...

Surabaya, 11 November 2024


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keputusan Berdampak

Literasi Tiada Henti

Pembegalan Konstitusi