Cinta Riset
Cinta Riset
Oleh: Sriyanto
Cinta bisa membuat orang tergila-gila Pengalaman adalah guru terbaik. Pengalaman para peneliti BRIN menjadi motivasi tersendiri bagi pembina karya ilmiah. Sesi Bincang Bareng Peneliti BRIN dikemas dengan berbagi pengalaman terbaik dalam dunia riset.
Peneliti BRIN yang hadir yakni Dr. Muhammad Ghazali, Yanu Adi Prasetya, Phd. dan Dr. Kurniawan. Insight dari Pak Ghazali, Pertama menjadi pembina KIR harus pemicu alias pemantik agar siswa senang dalam meneliti. Misalnya pemantik mendapat juara dalam lomba OPSI (Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia) sangat bermanfaat untuk studi lanjut sekolah terbaik.
Kedua, Iqro atau membaca. Pembina dan siswa harus senang membaca. Riset terkait erat dengan literatur dan membaca realita sosial. Ketiga, menjaga niat dan minat dalam meneliti. Meskipun sering gagal dalam lomba, tidak boleh putus asa. Tapi terus berkarya untuk kemanfaatan manusia.
Sedangkan pengalaman Pak Kurniawan sebagai juri OPSI sering menjadi catatan dewan juri. (1) Naskah yang dikirim tidak sesuai standar yang berikan. (2) Proposal main copy paste dari penelitian orang lain. (3) Rujukan metode tidak singkron dengan judul penelitian. (4) Bukan penelitian terapan atau uji laboratorium alias kajian pustaka. (5) Hasil laporan kurang dalam. Hal diatas sering kali dewan juri tidak meloloskan lomba OPSI.
Beliau cerita, dulu lomba penelitian ilmiah remaja (LPIR) diselenggarakan oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) bagi siswa yang lolos mendapatkan bimbingan langsung dari peneliti LIPI sehingga siswa sangat terbantu dalam menyusun karya ilmiah yang standar. Sedangkan sekarang event itu namanya OPSI yang mengelola puspresnas (pusat prestasi nasional). Bedanya saatnya ini bagi siswa yang lolos proposal OPSI tidak ada bimbingan dari puspresnas tapi bimbingan mandiri oleh pembina KIR di sekolah. Nah untuk menjembatani melahirkan peneliti muda BRIN memberikan layanan Sains (ELSA). Layanan ini sangat memudahkan fasilitas riset atau pembimbing siswa langsung dari BRIN.
Perlu diperhatikan etika pembimbing. Pembimbing harus memposisikan sebagai teman. Mendengar alur berpikir siswa dan tidak mendikte sesuai kemauan guru. Dari sinilah ada proses pembelajaran bagi siswa untuk menemukan sendiri solusinya, "ujar Kurniawan.
Pesan lain dalam event OPSI yakni kliren etik. Banyak gagal final opsi tidak mencantumkan kliren etik. Kliren etik adalah persetujuan komite etik penelitian atau responden terhadap apa yang diteliti. Apakah mengandung unsur membahayakan manusia atau binantang.
Bincang terakhir bersama Yanu Adi Prasetya yang ahli penelitian di bidang sosial. Sebagai pembimbing penelitian sosial harus update informasi kekinian. Kedua, membangun jejaring sesama peneliti. Ketiga, kecepatan dalam publikasi hasil penelitian.
Tema kekinian dalam penelitian menjadi daya tarik dewan juri atau kalangan yakni relevansi mitigasi bencana, kearifan lokal dan teknologi. Jika ketiganya terkait, maka menjadi peluang juara akan besar.
Tentu sebagai pembimbing KIR, jangan pesimis jika semua siswa tidak sesuai harapan. Hasil riset membuktikan bahwa dalam dunia penelitian dua puluh persen yang kita bimbing itu sudah bagus. Dan perlu di ingat 80 persen mungkin saat ini kurang minat meneliti, tapi bis jadi saat mahasiswa atau dunia kerja menjadi ahli riset. Di Indonesia perbandingan seorang peneliti 90 dibanding 1 juta. Sedangkan di Singapura 6600 per satu juta. Oleh karena itu sebagai pembimbing KIR semangat lagi melahirkan peneliti muda, " ujar Yanu.
Itulah insight Bincang Bareng bersama peneliti BRIN, semoga menjadi semangat bagi diri dan cinta Riset. Waalaikumussalam bishowab..
Batu, 8 Mei 2025
Komentar
Posting Komentar