Novelty Munir
Novelty Munir
Oleh: Sriyanto
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal".
(QS. Al Imron: 90-91)
Fenomena sosial menjadi tanda kebesaranNya bagi orang yang berakal alias berpikir. Akal merupakan anugerah dari Allah SWT.
Penelitian sejatinya mengajak berpikir untuk menemukan inovasi alias Novelty. Pada sesi ketiga, setelah dibekali ilmu untuk membuat karya ilmiah. Saatnya terjun langsung ke masyarakat untuk melakukan analisis sosial. Apa permasalahan yang terjadi? Dan apa inovasi yang dibutuhkan?.
Berbicara analisis sosial (ansos) teringat saat mahasiswa. Waktu itu pelatihan kader lanjutan yang dilaksanakan organisasi PMIII. Awalnya dibekali materi, kemudian terjun ke masyarakat mencari masalah. Lalu di analisis dan diperjuangkan dengan cara demonstrasi.
Nah, desain pelatihan BRIN model seperti itu. Peserta langsung terjun ke obyek penelitian. Ada empat obyek penelitian. (1) Lahan pertanian (kebun jeruk, Vanilin dan kambing etawa). (2) Pasar (3) Industri Batik (4) Desa Adat Giripurno. Dalam penggalian data di beri waktu sehari. Mencari sebanyak mungkin informasi untuk dijadikan data.
Tim bidang IPS memilih obyek penelitian desa Giripurno-Bumiaji Batu. Tidak jauh dari asrama sekolah. Masing-masing kelompok mengambil kajian yang berbeda-beda. Ada dari sisi kearifan lokal, peran generasi Z dalam menyikapi adat setempat, inovasi pewarisan nilai budaya dan pengaruh Media sosial terhadap adat setempat. Jadi satu obyek dibedah menjadi enam judul.
Sebelum menggali informasi kearifan lokal desa Giripurno. Ada hal menarik di desa Giripurno Bumiaji Batu dalam hal pelayanan publik. Menurut saya ini bisa menjadi desa percontohan. Biasanya kalau mengurus surat atau membuat kartu keluarga, waktunya tiga sampai tujuh hari. Di desa Giripurno paling lama tiga menit. Awalnya tidak percaya. Tapi langsung di praktekkan oleh Pak Sekretaris Desa.
Untuk membuat layanan masyarakat cepat dan efektif butuh inovasi. Saat berbincang dengan bapak kepala desa dan sekretaris desa (Sekdes). Ternyata yang hebat bukan kepala desa, tapi sekdesnya. Namanya Munir. Munirlah yang membuat terobosan baru dalam pelayanan publik. Beliau ciptakan aplikasi sendiri namanya MANAHAYU. Artinya 'mana' bahasa Jawa disebut hati. Sedangkan hayu bisa diartikan baik. Intinya segala yang dilakukan dengan niat baik.
Kemudian saya tanya, apakah aplikasi buat sendiri atau sewa ahli IT?. ' Buat sendiri', jawab Munir. Dalam hati saya wow keren. Lalu beliau cerita, sebelum jadi Sekdes saya kerja jadi analisis data di Bawaslu. Jadi menggeluti dunia teknologi bekal yang cukup untuk membuat aplikasi Manahayu. Dengan inovasi ini banyak desa melakukan studi banding ke desa Giripurno.
Aplikasi ini tidak hanya melayani surat menyurat saja, tapi sebagai big data masyarakat secara rel time. Jumlah penduduk, usia, profesi, wilayah sebagai bahan pengembangan potensi desa. Dengan aplikasi ini masyarakat tidak perlu datang ke desa cukup lewat WhatsApp terlayani dengan baik.
Inovasi ini dilombakan tingkat kota Batu Malang. Desa Giripurno mendapat penghargaan juara 1. Prestasi ini menjadi semngat untuk berkompetisi tingkat propinsi Jawa Timur. Aplikasi Manahayu dikembangkan dengan AI. Saya kira jarang desa di Indonesia seperti ini. Rata-rata hanya terpublikasi dalam web tapi fungsinya kurang optimal.
Manahayu novelty Munir. Nama Munir, teringat sosok pejuang HAM di Indonesia. Siapa yang tidak kenal Munir kiprahnya terkenal samai dunia Internasional. Ternyata Munir tokoh HAM lahirnya di Batu Malang. Di desa Giripurno Batu Malang, juga ada sosok Munir pejuang pelayan masyarakat. Sama berjuang untuk kemaslahatan umat.
Bersambung ..
Batu, 9 Mei 2025
Komentar
Posting Komentar